Posted by : Unknown
Tuesday, February 12, 2013
Anda penggemar minuman manis? Ada baiknya mulai sekarang Anda lebih waspada karena riset terbaru menunjukkan, kebiasaan mengonsumsi minuman manis ternyata dapat meningkatkan risiko mengidap penyakit jantung.
Menurut hasil
penelitian terbaru yang dipresentasikan pada American Heart Association (AHA)
Scientific Session 2011 di Orlando, Florida, AS, kaum Hawa yang mengonsumsi dua
gelas atau lebih minuman manis setiap hari, bahkan jika mereka memiliki berat
badan normal, mengalami peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes.
Minuman manis yang dimaksud di sini adalah minuman seperti soda berkarbonasi
atau air dengan tambahan gula.
Peneliti mengatakan,
studi sebelumnya telah mengkaji dan menemukan hubungan antara minuman manis dan
obesitas, lemak darah tinggi, hipertensi, dan diabetes tipe 2. Tetapi studi
besar kali ini menunjukkan, ada hubungan antara minuman manis dan faktor risiko
kardiovaskular, kata para peneliti.
Pimpinan riset, Dr
Christina Shay, sekaligus asisten profesor dari University of Oklahoma Health
Sciences Center di Oklahoma City membandingkan efek konsumsi minuman manis pada
perempuan setengah baya dan perempuan berusia lebih tua.
Hasilnya menunjukkan,
perempuan yang menenggak dua gelas atau lebih minuman manis setiap hari
cenderung lebih mungkin memiliki ukuran pinggang lebih besar dan memiliki
gangguan kadar glukosa puasa. Mereka juga hampir empat kali lebih mungkin
mengalami peningkatan kadar trigliserida - jenis lemak darah yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung.
Dalam sebuah
pernyataan, Shay mengatakan, perempuan yang minum lebih dari dua gelas minuman
manis sehari ukuran pinggangnya bertambah, tetapi belum tentu mengalami
kenaikan berat badan.
"Kebanyakan
orang berasumsi bahwa individu yang mengonsumsi banyak minuman pemanis memiliki
peningkatan obesitas, yang pada gilirannya, meningkatkan risiko penyakit
jantung dan diabetes. Meskipun hal itu benar, namun penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor risiko untuk penyakit jantung dan stroke tetap ada bahkan jika
perempuan tidak mengalami kenaikan berat badan," tambahnya.